Kamis, 05 Desember 2013

Sejarah sebagai ilmu Pemikiran Sinkronis, Diakronis, dan Kausalitas


Sejarah sebagai ilmu
Pemikiran Sinkronis, Diakronis, dan Kausalitas

            Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengalaman masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai masa lampau. Dan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan maka harus dibuktikan secara keilmuan menggunakan metode-metode dan berbagai standard ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, dan  kebenaran tersebut dapat dibuktikan dengan dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah.
          Sejarah dianggap sebagai suatu ilmu karena sejarah sendiri mempunyai syarat-syarat ilmu, antara lain:
1.      Adanya objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;
2.      Adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;
3.      Kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
4.      Kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang sistematis;
5.      Fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda.

1. Berfikir Sinkronis dalam mempelajari sejarah
            Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa.
Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal. Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak.  Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.
Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah  mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.
Ciri Ciri  sinkronik yakni sebagai berikut :
1.       Mengkaji  pada masa tertentu
2.       Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya(karakternya)
3.       Bersifat horizontal
4.       Tidak ada konsep perbandingan
5.       Cakupan kajian lebih sempit
6.       Memiliki sistematis yang tinggi
7.       Bersifat lebih serius dan sulit



2. Berfikir Diakronik dalam mempelajari Sejarah
Sejarah itu diakronis artinya  me­manjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang.
Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. 
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. 
Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa. 
Diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan khronos yang berarti perjalanan waktu.
Dengan demikian, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.

Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini.
Adapun ciri  diakronik yaitu:
a.      Mengkaji dengan berlalunya masa;
b.      Menitik beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
c.       Bersifat historis atau komparatif;
d.      Bersifat vertikal;
e.       Terdapat konsep perbandingan;
f.       Cakupan kajian lebih luas;

3. Berpikir Kausalitas dalam mempelajari sejarah sebagai ilmu.
            Cara berpikir kausalitas adalah berpikir dengan hukum sebab-akibat. Sebuah kejadian diawali ‘sebab’ yang menimbulkan ‘akibat’. Sementara, cara berpikir kontingensi, secara sederhana, adalah berpikir bahwa sebuah kejadian terjadi oleh sebab yang beragam (kontingen). Kajian sejarah adalah kajian tentang sebab-sebab dari suatu peristiwa terjadi sehingga hampir merupakan aksioma atau kebenaran umum.